assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
apa kabar sahabat cerdas??...
kali ini saya akan menyajikan kepada sahabat cerdas sebuah tulisan yang berjudul:
MAKALAH KERAJAAN MAJAPAHIT
KATA PENGANTAR
Puji
syukur Ke Hadirat Yang Maha Esa akhirnya masih
diberi kemampuan untuk menyelesaikan secara tuntas makalah kerajaan MAJAPAHITyang berkarakter dalam rangka mengembangkan
kompetensi, membangun karakter dan budaya bangsa.
Suatu
kebahagiaan tersendiri bagi kami bisa mengimlementasikan apa yang ada di benak
sanubari kami yang berupa idealisme kami dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Di
sisi lain kami harus berfikir dan bekerja keras karena dituntut untuk selalu
menyesuaikan dengan kebutuhan agar makalah yang kami
susun ini ada manfaatnya untuk menjadikan anak didik / siswa-siswi sebagai
generasi bangsa yang cerdas serta berbudi pekerti yang luhur, menjunjung
tinggi harkat dan martabat bangsa. Berdasarkan nilai-nilai luhur yang tersirat
pada butir-butir Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.terima kasih
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................................................... 1
C.
Manfaat................................................................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Berdirinya Majapahit................................................................................................. 2
B. Kejayaan
Majapahit.............................................................................................................. 3
C. Jatuhnya
Majapahit................................................................................................................ 4
D.
Kebudayaan
Majapahit.......................................................................................................... 6
E. Kerajaan
Majapahit Pada Bidang Ekonomi............................................................................ 7
F.
Struktur
Pemerintahan............................................................................................................ 8
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................................................... 11
B.
Saran................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majapahit adalah sebuah kerajaan yang
berpusat di Jawa Timur, Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293
hingga1550 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan
raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam
Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350
hingga1389. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir
yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar
dalam sejarah Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa,
Sumatra, Semenanjung, Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun
wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
Hanya terdapat
sedikit bukti fisik dari sisa-sisa Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak
jelas.Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton ('Kitab
Raja-raja') dalam bahasa Kawai dan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton
terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat
beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Sementara itu, Nagarakertagama
merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis
pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa
iCtu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu, terdapat beberapa prasasti
dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara
lain.
B.
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
a.
Untuk
mengetahui Sejarah Kebudayaan Majapahit
b.
Untuk
mengetahui Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit
c.
Untuk
mengetahui Struktur Pemerintahan Kerajaan Majapahit.
C.
Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini
yaitu untuk menambah pengetahuan kita tentang sejarah Kebudayaan Majapahit.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Berdirinya Majapahit
Pada saat terjadi serangan Jayakatwang, Raden Wijaya
bertugas menghadang bagian utara, ternyata serangan yang lebih besar justru
dilancarkan dari selatan. Maka ketika Raden Wijaya kembali ke Istana, ia
melihat Istana Kerajaan Singasari hampir habis dilalap api dan mendengar
Kertanegara telah terbunuh bersama pembesar-pembesar lainnya. Akhirnya ia
melarikan diri bersama sisa-sisa tentaranya yang masih setia dan dibantu
penduduk desa Kugagu. Setelah merasa aman ia pergi ke Madura meminta
perlindungan dari Aryawiraraja. Berkat bantuannya ia berhasil menduduki tahta,
dengan menghadiahkan daerah tarik kepada Raden Wijaya sebagai daerah
kekuasaannya. Ketika tentara Mongol datang ke Jawa dengan dipimpin Shih-Pi,
Ike-Mise, dan Kau Hsing dengan tujuan menghukum Kertanegara, maka Raden Wijaya
memanfaatkan situasi itu untuk bekerja sama menyerang Jayakatwang. Setelah
Jayakatwang terbunuh, tentara Mongol berpesta pora merayakan kemenanganya.
Kesempatan itu pula dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk berbalik melawan
tentara Mongol, sehingga tentara Mongol terusir dari Jawa dan pulang ke
negrinya. Maka tahun 1293 Raden Wijaya naik tahta dan bergelar Sri Kertajasa
Jayawardhana.
Arca Harihara, dewa gabungan
Siwa dan Wisnu sebagai penggambaran Kertarajasa. Berlokasi semula di Candi Simping,
Blitar, kini menjadi koleksi Museum Nasional Republik Indonesia. Sebelum
berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling kuat di Jawa.
Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia
mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut Uperi.
Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar
upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong
telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa
tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan
membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan
pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan
diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi
pernyataan, Raden Wijaya menyerah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang.
Jawaban dari surat diatas disambut dengan senang hati. Raden Wijaya kemudian
diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu
dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa
"pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongol tiba, Wijaya
bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah
berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu
Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara
kalang-kabut karena mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan
kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau
mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yang digunakan
sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya
sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan
dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa
Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya
Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya,
meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini
didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra
Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton.
Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi
untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir
(Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309.
Putra dan penerus Wijaya
adalah Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti
"penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan
Jayanegara, seorang pendeta Italia,Oodrico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada
tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri
Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih
mengundurkan diri dari istana dan menjadi Bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak
perempuannya Tribhuwana untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336,
Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada saat pelantikannya Gajah
Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang menunjukkan rencananya untuk melebarkan
kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan
Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di
kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit sampai kematian ibunya
pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
B. Kejayaan
Majapahit
Bidadari
Majapahit yang anggun,
arca cetakan emasapsara (bidadari surgawi) gaya khas Majapahit menggambarkan
dengan sempurna zaman kerajaan Majapahit sebagai "zaman keemasan"
nusantara. Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari
tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya
dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada
(1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua,
Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini menunjukkan batas
terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.
Namun demikian,
batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut
tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi
terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh
raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma
bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh
jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan
politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri
Kerajaan Sunda sebagai Permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini
sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga
dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan
dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang
untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara
keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak
terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan
Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga
kerajaan Sunda dapat dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang
putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati",
bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema
utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan
juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi
sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama. Kakawin Nagarakretagama
yang disusun pada tahun 1365 menyebutkan budaya Keraton yang adiluhung, anggun,
dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta
sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit
sebagai pusat mandala raksasa yang membentang dari Sumatra ke Papiua, mencakup
Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di berbagai daerah di Nusantara
masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi
pemerintahan langsung oleh kerajaan Majapahit hanya mencakup wilayah Jawa Timur
dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas,
pembayaran upeti berkala, dan pengakuan kedaulatan Majapahit atas mereka. Akan
tetapi segala pemberontakan atau tantangan bagi ketuanan Majapahit atas daerah
itu dapat mengundang reaksi keras.Pada tahun 1377, beberapa tahun setelah
kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut untuk menumpas
pemberontakan di Palembang.
Meskipun
penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan
kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya
adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan
Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai
memasuki kawasan ini.
C.
Jatuhnya Majapahit
Sesudah
mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa
kemunduran akibat konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk adalah putri
mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran
Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga memiliki seorang putra dari selirnya
Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut
Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi
melawan Wikramawardhana. Perang ini akhirnya dimenangi Wikramawardhana,
semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara
ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.
Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi laut Dinasti
Ming yang dipimpin oleh laksamana Chaeng Ho, seorang jenderal muslim China,
tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 sampai 1433. Sejak tahun
1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah menciptakan komunitas muslim China dan Arab
di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, seperti di Semarang, Demak, Tubah
dan Ampel; maka Islam pun mulai memiliki pijakan di pantai utara Jawa Wikramawardhana
memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang
memerintah pada tahun 1426 sampai 1447. Ia adalah putri kedua Wikramawardhana
dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat
dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah
hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhere Pamotan menjadi raja dengan
gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD.
Terjadi
jeda waktu tiga tahun tanpa raja akibat krisis pewarisan takhta.
Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian wafat
pada 1466 dan digantikan oleh Singhawikramawardhana. Pada 1468 pangeran
Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan mengangkat dirinya
sebagai raja Majapahit. Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para
penyebar agama sudah mulai memasuki Nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal
abad ke-15, pengaruh Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada saat
bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan Islam, yaitu
Kesultanan Malaka, mulai muncul di bagian barat Nusantara. Di bagian barat
kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung
kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan abad ke-15 mulai menguasai
Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa
jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per
satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit. Sebuah tampilan model
kapal Majapahit di Museum Negara Malaysia, Kuala Lumpur Malaysia
Singhawikramawardhana memindahkan ibu kota kerajaan lebih jauh ke pedalaman di
Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus memerintah di sana hingga
digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Pada 1478 Ranawijaya
mengalahkan Kertabhumi dan mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu
kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1519 dengan gelar
Girindrawardhana. Meskipun demikian kekuatan Majapahit telah melemah akibat
konflik dinasti ini dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan-kerajaan Islam di
pantai utara Jawa. Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun
waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya abad dianggap sebagai waktu
lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1527.
Dalam tradisi Jawa ada sebuah Kronogram atau candasengkala yang berbunyi sirna
ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit
dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti
sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang
sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bhre
Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. prasasti Jiyu dan
Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan
ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Daha dengan
Kesultanan Demak, karena penguasa Demak adalah keturunan Kertabhumi.
Peperangan
ini dimenangi Demak pada tahun 1527. Sejumlah besar abdi istana, seniman,
pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini
kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan hukuman dari Demak akibat
selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi. Dengan jatuhnya Daha
yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1527, kekuatan kerajaan Islam pada awal
abad ke-16 akhirnya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah
pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai
penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak,
legitimasi Raden Patah karena ia adalah putra raja Majapahit Brawijaya V dengan
seorang putri China.
Catatan sejarah
dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu
ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan
1521 M.
Demak
memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam
pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu setelah keruntuhan Majapahit, sisa
kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di
ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bagian barat.
Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke
pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini
masih bertahan di pegunungan Tengger, kawasan Bromo dan Semeru.
D. Kebudayaan
Majapahit
Gapura
Bajang Ratu, gerbang masuk salah satu kompleks bangunan penting di ibu kota
Majapahit. Bangunan ini masih tegak berdiri di Trowulan. "Dari semua
bangunan, tidak ada tiang yang luput dari ukiran halus dan warna indah"
[Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo anggun beratap
ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga
gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis
yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan
cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit.
Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan
Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit
datang ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara
sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk kawasan ibu kota dan
sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara langsung
dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk langsung oleh raja; serta wilayah-wilayah
taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu
kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan
besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan
Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap
sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak
menyinggung tentang Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai
atau abdi istana muslim saat itu. Walaupun batu bata telah digunakan
dalam candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yang paling ahli
menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan
memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata.
Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan
Gapura Bajang Ratu di Trowulan, Mojokerto. Beberapa elemen arsitektur berasal
dari masa Majapahit, antara lain gerbang terbelah Candi Bentar, gapura
paduraksa (kori agung) beratap tinggi, dan pendopo berdasar struktur bata. Gaya
bangunan seperti ini masih dapat ditemukan dalam arsitektur Jawa dan Bali. Raja
[Jawa] memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk
banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki
istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian
dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas.
Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan
tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya. Catatan yang
berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari
catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya:
"Perjalanan Pendeta Odorico da Poedenone". Ia mengunjungi beberapa
tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim
Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari
Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai
Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai
Sumatera, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui
jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sultra menuju Eropa
pada 1330. Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih
rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja
bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala,
dan berbagai rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat
mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja
Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil
diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain adalah Majapahit
yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan
Jayanegara.
E.
Kerajaan Majapahit Pada Bidang Ekonomi
Majapahit
merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda
dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang
sejak abad ke-8 pada masa kerajaan Medaang yang menggunakan butiran dan keping
uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama
Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri
diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari
China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar
40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin
tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin
asing ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan ahli
menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diperlukan uang
pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit agar dapat
digunakan dalam aktivitas ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini
tidak cocok dan tidak dapat dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal. Beberapa
gambaran mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa saat itu dikumpulkan dari
berbagai data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358
menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat perahu penyeberangan di
dalam negeri (mandala Jawa) Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan berbagai
macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak,
hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara
pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada sejak zaman sebelumnya, namun proporsi
populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian
semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagan
Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain dan
burung kakak tua, sedangkan komoditas impornya adalah mutiara, emas, perak, sutra,
barang keramik dan barang dari besi. Mata Uangnya dibuat dari campuran perak,
timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone,
biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1312,
menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan
permata Kemakmuran Majapahit diduga karena dua faktor. Faktor
pertama; lembah sungai Brantas dan Bengawan Solo di dataran rendah Jawa Timur
utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun
berbagai infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah. Faktor
kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali
berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas
rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang
melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit. Nagarakretagama
menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang
asing, di antaranya pedagang dari India, Khmer, Siam dan China. Pajak khusus
dikenakan pada orang asing terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan
melakukan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit memiliki
pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap
di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
F.
Struktur Pemerintahan
Arca dewi
Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit
ibunda Hayam Wuruk. Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan
birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, dan tampaknya
struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan
sejarahnya. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang
otoritas politik tertinggi.
a. Aparat
birokrasi
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat
birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat dekat
raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada
pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
· Rakryan
Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
· Rakryan Mantri
ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
· Dharmmadhyaksa, para pejabat
hukum keagamaan
· Dharmma-upapatti, para pejabat
keagamaan
Dalam Rakryan
Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan
sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan
kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan
pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara
Saptaprabhu.
b. Pembagian
wilayah
Dalam pembentukannya, kerajaan
Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa kawasan
tertentu di bagian timur dan bagian tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh
uparaja yang disebut Paduka Bhattara yang bergelar Bhre atau "Bhatara
i". Gelar ini adalah gelar tertinggi bangsawan kerajaan. Biasanya posisi
ini hanyalah untuk kerabat dekat raja. Tugas mereka adalah untuk mengelola
kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola
pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin. Selama masa pemerintahan
Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh
kerabat dekat raja.
Hierarki dalam
pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
1.
Bhumi:
kerajaan, diperintah oleh Raja
2.
Nagara:
diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau
bangsawan)
3.
Watek: dikelola
oleh wiyasa,
4.
Kuwu: dikelola
oleh lurah,
5.
Wanua: dikelola
oleh thani,
6.
Kabuyutan: dusun
kecil atau tempat sakral.
No
|
Provinsi
|
Gelar
|
Penguasa
|
Hubungan
dengan
Raja
|
|
1
|
Kahuripan (atau janggala, sekarang surabaya)
|
Bhre Kahuripan
|
Tribhuwanatunggadewi
|
ibu suri
|
|
2
|
Daha (bekas ibukota dari Kediri)
|
Bhre Daha
|
Rajadewi Maharajasa
|
bibi sekaligus ibu mertua
|
|
3
|
Tumapel (bekas ibukota dari Singhasari)
|
Bhre Tumapel
|
Kertawardhana
|
ayah
|
|
4
|
Wengker (sekarang Ponorogo)
|
Bhre Wengker
|
Wijayarajasa
|
paman sekaligus ayah mertua
|
|
5
|
Matahun (sekarang Bojonegoro)
|
Bhre Matahun
|
Rajasawardhana
|
suami dari Putri Lasem, sepupu
raja
|
|
6
|
Wirabhumi (Blambangan)
|
Bhre Wirabhumi
|
Bhre Wirabhumi1
|
anak
|
|
7
|
Paguhan
|
Bhre Paguhan
|
Singhawardhana
|
saudara laki-laki ipar
|
|
8
|
Kabalan
|
Bhre Kabalan
|
Kusumawardhani2
|
anak perempuan
|
|
9
|
Pawanuan
|
Bhre Pawanuan
|
Surawardhani
|
keponakan perempuan
|
|
10
|
Lasem (kota pesisir di Jawa Tengah)
|
Bhre Lasem
|
Rajasaduhita Indudewi
|
sepupu
|
|
11
|
Pajang (sekarang Surakarta)
|
Bhre Pajang
|
Rajasaduhita Iswari
|
saudara perempuan
|
|
12
|
Mataram (sekarang Yogyakarta)
|
Bhre Mataram
|
Wikramawardhana2
|
keponakan laki - laki
|
|
Sedangkan dalam
Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi
menjadi 14 daerah bawahan, yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre.
Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
a.
Daha
b.
Jagarag
c.
Kabalan
|
a.
Kahuripan
b.
Keling
c.
Kelinggapura
|
a. Kembang Jenar
b. Matahun
c. Pajang
|
a. Singhapura
b. Tanjungpura
c. Tumapel
|
a. Wengker
b. Wirabumi
|
Saat
Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi saat pemerintahan Gajah Mada,
beberapa negara bagian di luar negeri juga termasuk dalam lingkaran pengaruh
Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
1.
Negara Agung, atau Negara
Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa
pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini adalah
ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan
pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bagian timur Jawa, dengan semua
provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan
kerabat dekat raja.
2.
Mancanegara, area yang
melingkupi Negara Agung. Area ini secara langsung dipengaruhi oleh kebudayaan
Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut
biasanya memiliki penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk
persekutuan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit
menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan
perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati
otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya
seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura Bali dan juga Dharmasraya,
Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.
3.
Nusantara, adalah area
yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan
mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas
dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan
birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun
yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi
keras. Termasuk dalam area ini adalah kerajaan kecil dan koloni di Maluku,
Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Semenanjung Malaya.
Ketiga
kategori itu masuk ke dalam lingkaran pengaruh Kerajaan Majapahit. Akan tetapi
Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan
diplomatik luar negeri:
1.
Mitreka Satata, yang secara
harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu
menunjukkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit,
bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh
15, bangsa asing adalah Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari
(Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari
(kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana
(Annam).
2.
Mitreka Satata dapat dianggap
sebagai aliansi Majapahit, karena kerajaan asing di luar negeri seperti China
dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melakukan
hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah pada
masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya,
Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih
banyak wilayah. Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan
Majapahit meliputi Sumatra, Semenajung Malaya, Kalimantan Sulawesi, kepulauan
Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) sebagian kepulauan Filipina.
Sumber ini menunjukkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan
Majapahit.
B.
Saran
Makalah
ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya sangat
membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan sebagai
intropeksi bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi. Terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah terlibat untuk mendukung dan membantu agar makalah ini
dapat terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar
komentar disini ya, bosskuh