assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
apa kabar sahabat cerdas??...
kali ini saya akan menyajikan kepada sahabat cerdas sebuah tulisan yang berjudul:
MAKALAH MATARAM KUNO
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya lahkami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerajaan Mataram Kuno”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata
pelajaran Sejarah Indonesia.
Kami ucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
iii
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................
iii
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................
iii
1.3 Tujuan....................................................................................................................................
iii
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
1
2.1 Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno............................................................................
1
2.2 Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno....................................................................
2
2.3 Kehidupan Rakyat Mataram Kuno...........................................................................................
5
2.4 Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno...........................................................................
5
2.5 Peninggalan – peninggalan Kerajaan Mataram Kuno.................................................................
6
BAB II PENUTUP.................................................................................................................
11
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................
11
3.2 Saran......................................................................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
11.
Latar Belakang
Mataram
Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti
Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan.
Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732.
Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan
oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara
damai. Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di
masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang
pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra
pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.
Istilah
Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti
ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa
pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an),
kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha
Mahayana. Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil
pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar
tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi
Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa
menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut
dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.
12.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sejarah berdirinya
Kerajaan Mataram Kuno ?
2.
Bagaimana proses berkembangnya
Kerajaan Mataram Kuno ?
3.
Bagaimana kehidupan rakyat Kerajaan
Mataram Kuno pada saat itu ?
13.
Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam tentang
Kerajaan Mataram Kuno.
2. Mengetahui bagaimana sejarah dan
proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno.
3. Mengetahui bagaiamana kehidupan dan
penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno.
BAB II
PEMBAHASAN
21. Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram
Kuno
Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran
sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah.
Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti
berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya
dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh
keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran
berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang
beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa
Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian
tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua
dinasti itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja
Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti
saingannya.
Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam
pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama
Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti
Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi RoroJongrang di
Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai
Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi
semakin buruk setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan
istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil
keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa
Timur. Di sana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.
Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja
Sanjaya yang terkenal sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu
Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia,
beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar
Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih
progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat
berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti
kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai
Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan
beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi
Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.
Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau
digantikan oleh Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih
mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat
yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan
oleh Rakai Garung.
Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai
Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu
dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa
Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang lebih
besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan.
Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai persoalan
yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan.
Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi
perang saudara.
22. Proses Berkembangnya Kerajaan
Mataram Kuno
Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi
menjadi 2 :
a. Dinasti Sanjaya
Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama
Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de
Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua
dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa
Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang
memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui
Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan
berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang
menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.
Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang
disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh
yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu
Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah
Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja
Galuh kedua (702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus
Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda.
Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa
meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya.
Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan
kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di
Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian
diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara
garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal.
Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa
Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778
raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai
Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.
Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra.
Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an.
Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa
Sanjaya kembali berkuasa di Medang.
b. Dinasti Syailendra
Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua
wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang
beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada
awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa
Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah
pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut
tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di
Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua
wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu
wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya
dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari,
melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada
mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut
Buddha Mahayana.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera
dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan
raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti
Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad
ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah
bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di
Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M)
Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia
membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya,
Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna
adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya
mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta
membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan
kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan
diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat
lain untuk membangun kraton baru.
Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam
yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke
Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa
yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun
kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu,
kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski
Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari
wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta
Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga,
dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti
yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi
tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.
Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla
(Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga
(812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini
menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan
Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra
bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain
pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.
23. Kehidupan Rakyat Mataram Kuno
Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil
pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain
yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk
meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa
pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi,
seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry
rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga,
pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur
sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta
telurnya juga di perjual belikan.
Usaha perdagangan juga mulai mendapat perhatian ketika Raja
Balitung berkuasa.Raja telah memerintahkan untuk membuat pusat-pusat
perdagangan serta penduduk disekitar kanan-kiri aliran Sungai Bengawan Solo diperintahkan
untuk menjamin kelancaran arus lalu lintas perdagangan melalui aliran sungai
tersebut.Sebagai imbalannya, penduduk desa di kanan-kiri sungai tersebut
dibebaskan dari pungutan pajak.Lancarya pengangkutan perdagangan melalui sungai
tersebut dengan sendirinya akan menigkatkan perekonomian dan kesejahteraan
rakyat Mataram Kuno.
24. Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram
Kuno
Runtuhnya
kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor.
1 1. Pertama,
disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar
tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga
candi-candi tersebut menjadi rusak.
2 2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh
krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.
3 3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak
kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang
subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan
strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan
jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber
penghasil komoditi perdagangan.
Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa
menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti
Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan. Mpu Sindok
yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan
Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa
Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber
sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain
prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti
Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun
Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota
oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.
25. Peninggalan – peninggalan Kerajaan
Mataram Kuno
A.
Prasasti
1) Prasasti Canggal ditemukan di
halaman Candi Gunung Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M dalam bentuk
Candrasangkala.
2) Prasasti Kalasan, ditemukan di desa
Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India
Utara) dan bahasa Sansekerta
3) Prasasti Mantyasih ditemukan di
Mantyasih Kedu, Jateng berangka tahun 907 M yang menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram yang
mendahului Bality yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai Panunggalan,
Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang,
dan Rakai Watukura Dyah Balitung. Untuk itu prasasti Mantyasih/Kedu ini juga
disebut dengan prasasti Belitung
4) Prasasti Klurak ditemukan di desa
Prambanan berangka tahun 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa
Sansekerta isinya menceritakan pembuatan arca Manjusri oleh Raja Indra yang
bergelar Sri Sanggramadananjaya.
B.
Candi
1) Candi Gatotkaca
Candi Gatotkaca adalah salah satu candi Hindu yang berada di
Dataran Tinggi Dieng, di wilayah Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Candi ini terletak di sebelah barat Kompleks Percandian Arjuna, di tepi jalan
ke arah Candi Bima, di seberang Museum Dieng Kailasa. Nama Gatotkaca sendiri
diberikan oleh penduduk dengan mengambil nama tokoh wayang dari cerita
Mahabarata.
2) Candi Bima
Berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, [1] candi ini terletak paling selatan di kompleks
Percandian Dieng. Pintu masuk berada di sisi timur. Candi ini cukup unik
dibanding dengan candi-candi lain, baik di Dieng maupun di Indonesia pada
umumnya, karena kemiripan arsitekturnya dengan beberapa candi di India. Bagian
atapnya mirip dengan shikara dan berbentuk seperti mangkuk yang ditangkupkan.
[2] Pada bagian atap terdapat relung dengan relief kepala yang disebut dengan
kudu.
3) Candi Dwarawati
Bentuk Candi Dwarawati mirip dengan Candi Gatutkaca, yaitu
berdenah dasar segi empat dengan penampil di keempat sisinya. Tubuh candi berdiri
di atas batur setinggi sekitar 50 cm. Tangga dan pintu masuk, yang terletak di
sisi barat, saat ini dalam keadaan polos tanpa pahatan.
4) Candi Arjuna
Candi ini mirip dengan candi-candi di komples Gedong Sanga.
Berdenah dasar persegi dengan luas sekitar ukuran sekitar 4 m2. Tubuh candi
berdiri diatas batur setinggi sekitar 1 m. Di sisi barat terdapat tangga menuju
pintu masuk ke ruangan kecil dalam tubuh candi. Pintu candi dilengkapi dengan
semacam bilik penampil yang menjorok keluar sekitar 1 m dari tubuh candi. Di
atas ambang pintu dihiasi dengan pahatan Kalamakara.
5) Candi Semar
Candi ini letaknya berhadapan dengan Candi Arjuna. Denah
dasarnya berbentuk persegi empat membujur arah utara-selatan. Batur candi
setinggi sekitar 50 cm, polos tanpa hiasan. Tangga menuju pintu masuk ke ruang
dalam tubuh candi terdapat di sisi timur. Pintu masuk tidak dilengkapi bilik
penampil. Ambang pintu diberi bingkai dengan hiasan pola kertas tempel dan
kepala naga di pangkalnya. Di atas ambang pintu terdapat Kalamakara tanpa
rahang bawah.
6) Candi Puntadewa
Ukuran Candi Puntadewa tidak terlalu besar, namun candi ini
tampak lebih tinggi. Tubuh candi berdiri di atas batur bersusun setinggi
sekitar 2,5 m. Tangga menuju pintu masuk ke dalam ruang dalam tubuh candi
dilengkapi pipi candi dan dibuat bersusun dua, sesuai dengan batur candi. Atap
candi mirip dengan atap Candi Sembadra, yaitu berbentuk kubus besar. Puncak
atap juga sudah hancur, sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Di keempat
sisi atap juga terdapat relung kecil seperti tempat menaruh arca. Pintu
dilengkapi dengan bilik penampil dan diberi bingkai yang berhiaskan motif
kertas tempel.
7) Candi Sembrada
Batur candi setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar
berbentuk bujur sangkar. Di pertengahan sisi selatan, timur dan utara terdapat
bagian yang menjorok keluar, membentuk relung seperti bilik penampil. Pintu
masuk terletak di sisi barat dan, dilengkapi dengan bilik penampil. Adanya
bilik penampil di sisi barat dan relung di ketiga sisi lainnya membuat bentuk
tubuh candi tampak seperti poligon. Di halaman terdapat batu yang ditata
sebagai jalan setapak menuju pintu.
8) Candi Srikandi
Candi ini terletak di utara Candi Arjuna. Batur candi
setinggi sekitar 50 cm dengan denah dasar berbentuk kubus. Di sisi timur
terdapat tangga dengan bilik penampil. Pada dinding utara terdapat pahatan yang
menggambarkan Wisnu, pada dinding timur menggambarkan Syiwa dan pada dinding
selatan menggambarkan Brahma. Sebagian besar pahatan tersebut sudah rusak. Atap
candi sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya.
9) Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi
peninggalan budaya Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan,
Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran.
Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi. Candi ini diketemukan oleh
Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman
Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi). Candi ini memiliki persamaan
dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian
sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin
(berkisar antara 19-27 °C)
10) Candi
Sari
Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari
Candi Sambi Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah
timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto.
Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan
Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini
terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan
tersusun dalam 3 deretan sejajar.
Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada
dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan
bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan
dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman
dahulunya. Candi Sari pada masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan
dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.
11) Candi
Mendut
Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi yang
terletak di Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengahini,
letaknya berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur.Candi Mendut didirikan
semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam prasasti
Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra telah
membangun bangunan suci bernama wenuwana yang artinya adalah hutan bambu. Oleh
seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini dihubungkan
dengan Candi Mendut.
12) Candi
Sewu
Secara administratif, kompleks Candi Sewu terletak di Dukuh
Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
Tengah. Candi Sewu adalah candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 yang
berjarak hanya delapan ratus meter di sebelah utara Candi Prambanan. Candi Sewu
merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa
Tengah. Candi Sewu berusia lebih tua daripada Candi Prambanan. Meskipun aslinya
terdapat 249 candi, oleh masyarakat setempat candi ini dinamakan
"Sewu" yang berarti seribudalam bahasa Jawa. Penamaan ini berdasarkan
kisah legenda Loro Jonggrang.
13) Candi
Pawon
Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan
Candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur
dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat. Nama Candi Pawon tidak dapat
diketahui secara pasti asal-usulnya. Ahli epigrafi J.G. de Casparis menafsirkan
bahwa Pawon berasal daribahasa Jawa awu yang berarti 'abu', mendapat awalan pa-
dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa sehari-hari
kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis mengartikannya sebagai
'perabuan' atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi Pawon
dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa Sanskerta
vajra =yang berarti 'halilintar' dan anala yang berarti 'api'.
14) Candi
Borobudur
Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di
Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih
100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40
km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentukstupa ini didirikan oleh
para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk
bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[1]
Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini,
dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya
terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan
mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Secara umum kerajaan
Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu
itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana.Istilah Isyana
berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok
setelah menjadi raja Medang (929–947). Silsilah Wangsa Isyana dijumpai dalam
prasasti Pucangan tahun 1041 atas nama Airlangga, seorang raja yang mengaku
keturunan Mpu Sindok. Dalam masa 70 tahun itu tercatat hanya tiga prasasti yang
berangka tahun yang ditentuka, yaitu prasasti Hara-Hara tahun 888 Saka (966 M)
prasasti Kawambang Kulwan tahun 913 Saka (992 M) dan prasasti ucem tahun 934
Saka (1012-1013 M).
Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian
telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan
pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah
mengkudu. Juga hasil industri rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan
tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan
kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam
serta telurnya juga di perjualbelikan.
3.2
Saran
Semoga makalah tersebut dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca.Selain itu kita bisa mengetahui lebih dalam
tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia khususnya Kerajaan
Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga
peninggalan-peninggalannya.
DAFTAR PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar
komentar disini ya, bosskuh