assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh
apa kabar sahabat cerdas??...
kali ini saya akan menyajikan kepada sahabat cerdas sebuah tulisan yang berjudul:
KERAJAAN
MALAKA (ABAD XIV - XIX M)
KERAJAAN
ACEH (ABAT XVI – XIX M)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
KELOMPOK
JESI HEMALIA
PUTRI
NAISA HAFANA
ARI WIBOWO
DONA SAFITRI
SMA NEGERI 1 PUDING BESAR
TAHUN AJARAN 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan.,
Karya tulis ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan
tugas. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa Karya tulis ini masih memerlukan penyempurnaan. Oleh
Karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata semoga Karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi para siswa sebagai sarana pembelajaran.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah................................................................................................. 1
BAB II................................................................................................................................. 2
KERAJAAN MALAKA.................................................................................................. 2
Sejarah Berdirinya Kerajaan Malaka............................................................................. 2
Bukti Peninggalan Kerajaan Malaka.............................................................................. 3
Raja Pendiri atau Sultan Kerajaan Malaka.................................................................... 3
Masa Kejayaan Kerajaan Malaka................................................................................... 4
Masa Keruntuhan Kerajaan Malaka.............................................................................. 4
KERAJAAN ACEH......................................................................................................... 5
Sejarah Kerajaan Aceh..................................................................................................... 5
Silsilah Kerajaan Aceh...................................................................................................... 6
Keadaan Perekonomian Kerajaan Aceh......................................................................... 7
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelayaran jaman prasejarah dapat dengan mudah dilakukan
dengan enam bulan sekali yang erat hubungannya dengan jalannya arus. Para
pedagang indonesia yang membawa rempah-rempah dari Maluku untuk
dipasarkan ke tempat lain. Para pedagang itu akan bertolak dari Maluku pada
bulan Oktober menuju ke bandar-bandar Ujung pandang, Gresik, Demak,
Banten, dan Malaka. Dan pada bulan Maret para pedagang akan kembali ke Maluku.
Dari malaka mereka akan berangkat
menuju utara yaitu menuju bandar-bandar Ayuthia, Campa dan Cina pada bulan
Juni. Dan bulan September kapal-kapal pedegang akan kembali ke bandar Malaka.
Letak selat Malaka demikian mendatangkan keuntungan bagi masyarakat sekitarnya
sebab mengalami perkembangan perdagangan dan lalu lintas laut yang tidak pernah
sunyi.
Pada awalnya Malaka hanyalah satu
bandar tepi pantai yang kemudian sekitar tahun 1400 berkembang menjadi bandar
penting dan pusat kerajaan Malaka. Hal itu terjadi disebabkan karena adanya
komunikasi perdagangan antara Cina dengan dunia luar terutama dengan India dan
Laut Tengah.
BAB II
KERAJAAN MALAKA
Sejarah Berdirinya Kerajaan Malaka
Kerajaan Malaka didirikan
oleh Parameswara antara tahun 1380-1403 M. Parameswara berasal dari Sriwijaya, dan merupakan putra Raja Sam Agi. Saat itu, ia masih menganut agama
Hindu. Ia melarikan diri ke Malaka karena kerajaannya di Sumatera runtuh akibat
diserang Majapahit. Pada saat Malaka didirikan, di situ terdapat penduduk asli
dari Suku Laut yang hidup sebagai nelayan. Mereka berjumlah lebih kurang tiga
puluh keluarga.
Raja dan pengikutnya
adalah rombongan pendatang yang memiliki tingkat kebudayaan yang jauh lebih
tinggi, karena itu, mereka berhasil mempengaruhi masyarakat asli. Kemudian,
bersama penduduk asli tersebut, rombongan pendatang mengubah Malaka menjadi
sebuah kota yang ramai.
Selain menjadikan
kota tersebut sebagai pusat perdagangan, rombongan pendatang juga mengajak
penduduk asli menanam tanaman yang belum pernah mereka kenal sebelumnya,
seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah.
Rombongan pendatang
juga telah menemukan biji-biji timah di daratan. Dalam perkembangannya,
kemudian terjalin hubungan perdagangan yang ramai dengan daratan Sumatera.
Salah satu komoditas penting yang diimpor Malaka dari Sumatera saat itu adalah
beras. Malaka amat bergantung pada Sumatera dalam memenuhi kebutuhan beras ini,
karena persawahan dan perladangan tidak dapat dikembangkan di Malaka.
Hal ini kemungkinan
disebabkan teknik bersawah yang belum mereka pahami, atau mungkin karena
perhatian mereka lebih tercurah pada sektor perdagangan, dengan posisi
geografis strategis yang mereka miliki.
Berkaitan dengan asal
usul nama Malaka, bisa dirunut dari kisah berikut. Menurut Sejarah Melayu
(Malay Annals) yang ditulis Tun Sri Lanang pada tahun 1565, Parameswara
melarikan diri dari Tumasik, karena diserang oleh Siam. Dalam pelarian
tersebut, ia sampai ke Muar, tetapi ia diganggu biawak yang tidak terkira
banyaknya. Kemudian ia pindah ke Burok dan mencoba untuk bertahan disitu, tapi
gagal.
Kemudian Parameswara
berpindah ke Sening Ujong hingga kemudian sampai di Sungai Bertam, sebuah
tempat yang terletak di pesisir pantai. Orang-orang Seletar yang mendiami
kawasan tersebut kemudian meminta Parameswara menjadi raja.
Suatu ketika, ia
pergi berburu. Tak disangka, dalam perburuan tersebut, ia melihat salah satu
anjing buruannya ditendang oleh seekor pelanduk. Ia sangat terkesan dengan
keberanian pelanduk tersebut. Saat itu, ia sedang berteduh di bawah pohon
Malaka. Maka, kawasan tersebut kemudian ia namakan Malaka.
Raja Pendiri atau Sultan Kerajaan Malaka
- Permaisura yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
- Sri Maharaja (1424—1444)
- Sri Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
- Sultan Muzaffar Syah (1445—1459)
- Sultan Mansur Syah (1459—1477)
- Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
- Sultan Mahmud Syah (1488—1551)
Masa Kejayaan Kerajaan Malaka
Sebagai salah satu
bandar ramai di kawasan timur, Malaka juga ramai dikunjungi oleh para pedagang
Islam. Lambat laun, agama ini mulai menyebar di Malaka. Dalam perkembangannya,
raja pertama Malaka, yaitu Prameswara akhirnya masuk Islam pada tahun 1414 M.
Dengan masuknya raja ke dalam agama Islam, maka Islam kemudian menjadi agama
resmi di Kerajaan Malaka, sehingga banyak rakyatnya yang ikut masuk Islam.
Selanjutnya, Malaka
berkembang menjadi pusat perkembangan agama Islam di Asia Tenggara, hingga
mencapai puncak kejayaan di masa pemeritahan Sultan Mansyur Syah (1459—1477).
Kebesaran Malaka ini berjalan seiring dengan perkembangan agama Islam.
Negeri-negeri yang berada di bawah taklukan Malaka banyak yang memeluk agama
Islam. Untuk mempercepat proses penyebaran Islam, maka dilakukan perkawinan
antar keluarga.
Malaka juga banyak
memiliki tentara bayaran yang berasal dari Jawa. Selama tinggal di Malaka, para
tentara ini akhirnya memeluk Islam. Ketika mereka kembali ke Jawa, secara tidak
langsung, mereka telah membantu proses penyeberan Islam di tanah Jawa. Dari
Malaka, Islam kemudian tersebar hingga Jawa, Kalimantan Barat, Brunei, Sulu dan
Mindanau (Filipina Selatan).
Dalam masa kejayaannya, Malaka mempunyai
kontrol atas daerah-daerah berikut:
- Semenanjung
Tanah Melayu (Patani, Ligor, Kelantan, Trenggano, dan sebagainya).
2. Daerah Kepulauan Riau.
3. Pesisir Timur Sumatra bagian tengah.
4. Brunai dan Serawak.
5. Tanjungpura (Kalimantan Barat).
Sedangkan daerah yang diperoleh dari
Majapahit secara diplomasi adalah sebagai berikut.
- Indragiri.
2. Palembang.
3. Pulau Jemaja, Tambelan, Siantan, dan Bunguran.
Masa Keruntuhan Kerajaan Malaka
Malaka runtuh akibat
serangan Portugis pada 24 Agustus 1511, yang dipimpin oleh Alfonso de
Albuquerque. Sejak saat itu, para keluarga kerajaan menyingkir ke negeri lain.
Raja/Sultan yang
memerintah di Malaka adalah sebagai berikut:
- Permaisura
yang bergelar Muhammad Iskandar Syah (1380—1424)
2. Sri Maharaja (1424—1444)
3. Sri Prameswara Dewa Syah (1444—1445)
4. Sultan Muzaffar Syah (1445—1459)
5. Sultan Mansur Syah (1459—1477)
6. Sultan Alauddin Riayat Syah (1477—1488)
7. Sultan Mahmud Syah (1488—1551) - Periode Pemerintahan
Setelah Parameswara
masuk Islam, ia mengubah namanya menjadi Muhammad Iskandar Syah pada tahun
1406, dan menjadi Sultan Malaka I. Kemudian, ia kawin dengan putri Sultan
Zainal Abidin dari Pasai. Posisi Malaka yang sangat strategis menyebabkannya
cepat berkembang dan menjadi pelabuhan yang ramai.
Akhir kesultanan
Malaka terjadi ketika wilayah ini direbut oleh Portugis yang dipimpin oleh
Alfonso d’albuquerque pada tahun 1511. Saat itu, yang berkuasa di Malaka adalah
Sultan Mahmud Syah.
Usia Malaka ternyata
cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512, Sultan
Mahmud Syah yang dibantu Dipati Unus menyerang Malaka, namun gagal merebut
kembali wilayah ini dari Portugis.
KERAJAAN ACEH
Sejarah Kerajaan Aceh
Awal mula berdirinya Sejarah
Kesultanan Aceh Darussalam yaitu pada
tahun 1496 yang berdiri di wilayah Kerajaan Lamuri yang lebih
dulu ada sebelum kesultanan aceh, kemudian Kerajaan Aceh malukan perluasan
wilayah dengan menundukan beberapa wilayah di sekitar kerajaan seperti wilayah
Kerajaan Daya, Kerajaan Pedir, Kerajaan Lidie, dan Kerajaan Nakur. Pada tahun
1524 wilayah Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh, disusul
dengan bergabungnya wilayah Aru.
Pada kerajaan Aceh
pemimpin kerajaan tertinggi berada di penguasaan Sultan, namun saat itu
pemerintahan kerajaan aceh lebih banyak dikendalikan oleh orang kaya atau
disebut hulubalang. Dalam Hikayat Aceh Disebutkan bahwa terdapat Sultan
yang diturunkan dari jabatan penguasa salah satunya yaitu Sultan Sri Alam pada
tahun 1579 karena perilakunya yang tidak wajar dalam membagi-bagikan harta
milik kerajaan pada para pengikutnya. Selanjutya kepemimpinan di gantikan
oleh Sultan Zainal Abidin akan tetapi sultan Zainal terbunuh beberapa bulan
setelah penobatan hal ini disebabkan karena sifatnya yang kejam dan memiliki
kecanduan dalam hal berburu dan adu binatang.
Setelah peristiwa
terbunuhnya Sultan Zainal para Raja dan Hulubalang saat itu menawarkan
tahta kepenguasaan kepada Alaiddin Riayat Syah Sayyid al-Mukamil dari Dinasti
Darul Kamal pada 1589. Peristiwa penganugerahan tahta ini telah mengakhiri
kekacauan yang telah disebabkan oleh penguasa terdahulu , selain itu Pada
kepemimpinan Alaiddin Riayat Ia melakukan penumpasan terhadap orangkaya yang
berlawanan dengan sistem kepemimpinannya. Disamping itu Ia juga melakukan
uasaha untuk menguatkan posisi sebagai penguasa tunggal Kerajaan Aceh.
Masa Kejayaan Kesultanan Aceh
terjadi pada kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dengan rentang tahun
1607 hingga tahun 1636. Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Aceh
berhasil menaklukkan Wilayah Pahang yang saat itu merupakan daerah yang
menguntukan sebab dikenal sebagai sumber timah utama. Selanjutnya, pada
tahun 1629, kesultanan Aceh melakukan upaya perlawanan dengan menyerang
Portugis di wilayah malaka dengan susunan kekuatan armada yang terdiri dari 500
buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Upaya Serangan ini dimaskudkan untuk
memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu,
akan tetapi ekspedisi ini gagal.
1. Sultan Ali Mughayat Syah
Seperti Penjelasan yang telah
disebutkan Sultan Ali Mughayat Syah adalah raja pertama dalam Sejarah Kerajaan
Aceh yang memerintah dari tahun 1514 hingga tahun 1528 M. Pada masa Sultan Ali
melakukan perluasan ke beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatera Utara,
yaitu daerah Daya dan Pasai, serta mengadakan serangan kepada wilayah
kedudukan Portugis di Malaka dan menyerang kerajaan Aru. Penyerangan ke wilayah
Aru ternyata berdampak kepada wilayah Johor dan Portugis yang menajdi
kekuatan militer wilayah Aru, akan tetapi usaha penyerangan ini gagal
karena tentaranya telah dikalahkan oleh armada Portugis. Sultan ali
wafat pada tahun 1530, sehingga kepemimpinan digantikan oleh
putranya yang bernama Salahuddin.
2.
Sultan
Salahudin
Masa pemerintahan Sultan Salahudin
berawal Setelah wafatnya Sultan Ali Mughayat Syah rentang kepemimpinan berkisar
dari tahun 1530 hingga 1537 M. Pada masa kepemimpinan Sultan Salahudin kerajaan
Aceh mengalami kegoyahan serta kemunduran sebab Raja tidak mengurus
pemerintahan dengan benar sehingga terjadi pergantian kepemimpinan pada tahun
1537 M di mana sultan Salahudin digantikan oleh saudaranya yang bernama
Sultan Alaudin Riayat Syah.
3.
Sultan
Alaudin Riayat Syah
Sultan Alaudin Riayat Syah menjadi
pemimpin Kerajaan Aceh pada rentang tahun 1537 hingga 1568 M. Pada masa
pemerintahan Sultan Alaudin, Kerajaan mengakami perkembangan salah satunya
Kerajaan aceh menjadi Bandar utama di kawasan Asia bagi pedagang Muslim
mancanegara. Hal ini semakin didukung oleh kondisi Malaka yang telah
direbut Portugis, sehingga para pedagan lebih memilih untuk menghindari selat
Malaka dan berganti rute ke pesisir bagian Barat Sumatera.
Kejadian itu membuat
Kerajaan Aceh berada dalam posisi yang strategis serta menjadi Bandar
transit lada dari wilayah Sumatera dan rempah-rempah dari Maluku. Disisi lain
kedudukan yang startegis ini mengalami rintangan sebab Portugis yang mengetahui
hal ini terus melakukan ancaman, sehingga untuk menghadapi perlakuan dan
persaingan terhadap portugis kerajaan Aceh kemudian membangun pasukan angkatan
laut yang kuat, hal ini diwujudkan dengan cara membangun hubungan diplomatik
dengan kerajaan turki ottoman yang dianggap sebagai pemegang kedaulatan Islam
tertinggi saat itu.
4.
Sultan Iskandar Muda
Setelah masa
kepemimpinan Sultan Alaudin pemerintahan kerajaan aceh dilanjutkan Oleh Sultan
Iskandar Muda seperti yang telah di sebutkan di awal Pemeirntahan ini menjadi
puncak kejayaan kerajaan Aceh. Sultan Iskanda muda mulai naik tahta pada awal
abad ke-17. hal – hal yang dikakukan oleh Sultan iskandar muda untuk memperkuat
posisi Kerajaan Aceh sebagai pusat perdagangan diantaranya :
§ Merebut pelabuhan penting
Sultan Iskandar Muda melakukan upaya untuk menguasai wilayah di pesisir barat dan timur Sumatera, seperti wilayah Johor dan Paahang. Hal ini ditujukan untuk memperluas wilayah kerajaan Aceh serta luasanya wilayah menandakan kuatnya posisi suatu kerajaan saat itu.
Sultan Iskandar Muda melakukan upaya untuk menguasai wilayah di pesisir barat dan timur Sumatera, seperti wilayah Johor dan Paahang. Hal ini ditujukan untuk memperluas wilayah kerajaan Aceh serta luasanya wilayah menandakan kuatnya posisi suatu kerajaan saat itu.
§ Menyerang Kedudukan Portugis
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh sempat melakukan penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka serta kapal-kapal portugis yang melewati wilayah selat Malaka. Dalam penyerangan yang telah dilakukan pada tahun 1614 Aceh sempat memenangkan perlawanan terhadap armada Portugis tepatnya di sekitar pulau Bintan.
Pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh sempat melakukan penyerangan terhadap kedudukan Portugis di Malaka serta kapal-kapal portugis yang melewati wilayah selat Malaka. Dalam penyerangan yang telah dilakukan pada tahun 1614 Aceh sempat memenangkan perlawanan terhadap armada Portugis tepatnya di sekitar pulau Bintan.
§ Melakukan hubungan dengan bangsa
asing
Sultan Iskandar Muda melakukan bekerjasama dengan berbagai bangsa salah satu contohnya yaitu kerjasama dengan negara Inggris dan Belanda untuk membantu dalam upaya perlemahan pengaruh Portugis saat itu, serta hubungan dengan kerajaan turki.
Sultan Iskandar Muda melakukan bekerjasama dengan berbagai bangsa salah satu contohnya yaitu kerjasama dengan negara Inggris dan Belanda untuk membantu dalam upaya perlemahan pengaruh Portugis saat itu, serta hubungan dengan kerajaan turki.
5.
Sultan Iskandar Thani
Setelah masa
Pemerintahan Sultan Iskandar Muda berakhir, penguasaan kerajaan Aceh
digantikan oleh Sultan Iskandar Thani. Pada masa kepemimpinannya Sultan
iskandar thani melakukan pembangunan dan kemajuan terhadap kerajaan aceh yang
berbeda dari pemimpin terdahu yang lebih fokus pada pembangunan dalam negeri
daripada pada melakukan politik ekspansi. Hal ini membuat Kerajaan Aceh
mengalami suasana damai karena tidak ada upaya untuk menyerang atau memperluas
wilayah yang sering berakibat dengan adanya perang. Selain itu Pada masa Sultan
Iskandar thani, Hukum yang ditegakkan di kerajaan yaitu hukum yang berdasarkan
syariat Islam, dan bukan semata-mata bergantung pada kekuasaan yang seringkali
berlaku sewenang-wenang. Hubungan terhadap wilayah taklukan pun berjalan baik
dan tidak mementingkan alasan politis dan militer.
Penyebab
Kemunduran Kerajaan Aceh
Setelah Masa pemerintahan Iskandar
Thani berakhir, Sejarah Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran. Saat itu Aceh
tidak mampu melakukan perubahan besar yang signifikan saat sejumlah
wilayah taklukan kerajaan melepaskan diri. sehingga Kerajaan Aceh tidak mampu
dalam menjalankan perannya sebagai pusat perdagangan yang stratgeis.
Berikut sebab – sebab kemunduran kerajaan aceh :
1. Tidak adanya pengganti raja
2. Sebab kemunduran kerajaan Aceh salah
satunya yaitu bermula setelah wafatnya Sultan Iskandar muda pada tahun 1636,
hal ini dikarenakan setelahnya tidak ada raja-raja yang mampu memerintah
serta mengendalikan wilayah Kerajaan Aceh yang luas. Pada saat pemerintahan
sultan iskandar thani kemunduran kerajaan mulai terasa dan memiliki
dampak yang signifikan setelah meninggalnya sultan iskandar thani. Disisi lain
kemunduran kerajaan juga diakibatkan adanya perebutan tahta diantara para
pewaris dari silsilah kesultanan.
3. Pertikaian
Sebab kemunduran kerajan selanjutnya adanya pertikaian yang terus menerus terjadi di Aceh antara golongan bangsawan dan golongan ulama hal ini berdampak pada persatuan internal kerajaan sehingga hal ini membuat kerajaan Aceh melemah. Perbedaan aliran dalam agama pun dapat membuat pertikaian di tubuh golongan ulama.
Sebab kemunduran kerajan selanjutnya adanya pertikaian yang terus menerus terjadi di Aceh antara golongan bangsawan dan golongan ulama hal ini berdampak pada persatuan internal kerajaan sehingga hal ini membuat kerajaan Aceh melemah. Perbedaan aliran dalam agama pun dapat membuat pertikaian di tubuh golongan ulama.
4. Pelepasan Wilayah
Selanjutnya sebab kemunduran kerajaan Aceh yaitu banyaknya Daerah-daerah taklukan kerajaan melepaskan diri dan menguatnya pengaruh belanda saat itu sehingga beberapa daerah seperti daerah pahang, johor, Perak, Minang Kabau, dan Siak berkembang menjadi wilayah yang merdeka dan berdiri dalam kekuasaan asing (Belanda).
Selanjutnya sebab kemunduran kerajaan Aceh yaitu banyaknya Daerah-daerah taklukan kerajaan melepaskan diri dan menguatnya pengaruh belanda saat itu sehingga beberapa daerah seperti daerah pahang, johor, Perak, Minang Kabau, dan Siak berkembang menjadi wilayah yang merdeka dan berdiri dalam kekuasaan asing (Belanda).
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
Kesultanan Malaka (1402-1511) adalah
sebuah kesultanan yang didirikan oleh Parameswara, seorang putra Melayu berketurunan
Sriwijaya. Parameswara merupakan turunan ketiga dari Sri Maharaja Sang Utama
Parameswara Batara Sri Tri Buana (Sang Nila Utama), seorang penerus raja
Sriwijaya. Sang Nila Utama mendirikan Singapura lama dan berkuasa selama 48
tahun. Kekuasaannya dilanjutkan oleh putranya Paduka Sri Pekerma Wira Diraja
(1372-1386) yang kemudian diteruskan oleh cucunya, paduka Seri Rana Wira Kerma
(1386-1399).
Pada tahun 1401, Parameswara putra dari Seri Rana Wira
Kerma, mengungsi dari Tumasik setelah mendapat penyerangan dari Majapahit. Ibi
kota kerajaan ini terdapat di melaka, pada yang terletak pada selat Malaka.
Kesultanan ini berkembang pesat menjadi sebuah entrepot dan menjadi pelabuhan
terpenting di Asia Tenggara pada abad ke-15 dan awal 16.
Malaka runtuh setelah ibu kotanya direbut oleh Portugis pada tahun 1511.
Daerah Selat Malaka sampai kapanpun
tetap menjadi pusat perhatian bangsa-bangsa dan negara baik secara
regional maupun Internasinal.
Bagi Indonesia sendiri Selat Malaka merupakan pintu
gerbang yang mempunyai nilai-nilai stratiges yang tinggi.
Dan dengan masuknya bangsa-bangsa Barat
pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, Selat Malaka memiliki kedudukan
sebagai selat Internasional.
DAFTAR PUSTAKA
- Darmawijaya,
2010. Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta: Al- Kautsar.
- Inriyawati
Emmy, Sejarah, Jakarta: Graha Pustaka.
- I
MD, Yudayana & I MD, Pages, 1989. Penuntun
Pelajaran Sejarah,
Bandung: Ganeca Exact, cetakan ke dua.
Komentar
Posting Komentar
komentar disini ya, bosskuh