MAKALAH PENCAK SILAT BEREGU

assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh apa kabar sahabat cerdas??... kali ini saya akan menyajikan kepada sahabat cerdas sebuah tulisan yang berjudul:

INGIN MENGETAHUI LEBIH LANJUT TENTANG PENCAK SILAT??? BACA: PENCAK SILAT SENI TUNGGAL


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa  yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya  sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
 Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai  tugas mata  pelajaran Penjas (Pendidikan Jasmani) dengan judul “Pencak Silat BEREGU” 
 Terima kasih kepada guru mata pelajaran Penjas (Pendidikan Jasmani) yang telah membimbing dan memberikan pelajarannya 
Demikianlah makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata pelajaran Penjas.




                                                                                           


                                                                                                        Penulis


















DAFTAR ISI


Kata pengantar....................................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B.     Tujuan.......................................................................................................................... 1
C.    Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etimologi.......................................................................................................................... 2
B. Sejarah............................................................................................................................. 3
C. Istilah dalam Pencak Silat.................................................................................................. 3
D. kategori beregu................................................................................................................. 4

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan.................................................................................................................... 9
B.     Saran............................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 9








BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

  Pencak silat adalah kata mejemuk. Pencak dan Silat mempunyai pengertian yang sama dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat pribumi Asia Tenggara, yakni kelompok masyarakat etnis  yang merupakan penduduk asli Negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kata Pencak biasa digunakan oleh masyarakat pulau Jawa, Madura, dan Bali, sedangkan Silat biasa digunakan oleh masyarakat di wilayah Indonesia lainnya maupun di Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam serta di Thailand (bagian Selatan), bdan Filipina. Penggabungan kata pencak dan silat menjadi kata majemuk untuk pertama kalinya dilakukan pada waktu dibentuk suatu organisasi persatuan dan perguruan Pencak dan perguruan Silatdi Indonesia yang diberi nama Ikatan Pencak Silat Indonesia, disingkat IPSI pada tahun 1948 di Surakarta. Pen¬cak silat adalah olahraga bela diri yang memer¬lukan banyak konsentrasi. Ada pen¬garuh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pen-cak silat. Biasanya setiap daerah di Indone¬sia mem¬pun¬yai ali¬ran pen¬cak silat yang khas. Mis¬al¬nya, daerah Jawa Barat terke¬nal den¬gan ali¬ran Cimande dan Cika¬long, di Jawa Ten¬gah ada ali¬ran Mer¬pati Putih dan di Jawa Timur ada ali¬ran Peri¬sai Diri.Setiap empat tahun di Indone¬sia ada per¬tandin¬gan pen¬cak silat tingkat nasional dalam Pekan Olahraga Nasional. Pen¬cak silat juga diper¬tand¬ingkan dalam SEA Games sejak tahun 1987. Di luar Indone¬sia juga ada banyak pengge¬mar pen¬cak silat seperti di Aus¬tralia, Belanda, Jer¬man, dan Amerika.
  Sejak saat itu, pencak silat menjadi istilah resmi di Indonesia.perguruan-perguruan yang mengajarkan Pencak dan Silat asal Indonesia di berbagai Negara kemudian juga menggunakan istilah Pencak Silat. Di dunia internasional Pencak Silat menjadi istilah resmi sjak dibentuknya Organisasi Federatif Internasional yang diberi nama Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa, disingkat PERSILAT, di Jakarta pada tahun 1980. Walaupun demikian, karena kebiasaan kata Pencak dan Silat masih digunakan secara terpisah. Dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat beberapa hal sekitar Pencak Silat yang meliputi sejarah perkembangan, teknik dasar pencak silat, dan beberapa hal lainnya

B.     Tujuan
- Memberikan wawasan yang lebih luas tentang pencak silat beregu untuk penulis dan pembaca.
- Dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi dalam pembelajaran tentang materi pencak silat

C.    Rumusan Masalah
a. Apa definisi pencak silat menurut isti’lah dan etimologi, serta sejarah singkat pencak silat ?
b. Menjelaskan peraturan-peraturan pertandingan pencak silat beregu !
c. Aspek dan bentuk apa saja dalam pencak silat dan istilah dalam pencak silat beregu?






BAB II
PEMBAHASAN

A. Etimologi

  Laga final Pencak Silat putri kelas E 65kg - 70kg. Di sebelah kiri Amelia Roring (Indonesia - medali emas) vs Siti Rahmah Mohamed Nasir (Malaysia - medali perak). 17 November 2011 pada SEA Games 2011 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Indonesia.
  Istilah silat dikenal secara luas di Asia Tenggara, akan tetapi khusus di Indonesia istilah yang digunakan adalah pencak silat. Istilah ini digunakan sejak 1948 untuk mempersatukan berbagai aliran seni bela diri tradisional yang berkembang di Indonesia. Nama "pencak" digunakan di Jawa, sedangkan "silat" digunakan di Sumatera, Semenanjung Malaya dan Kalimantan. Dalam perkembangannya kini istilah "pencak" lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan "silat" adalah inti ajaran bela diri dalam pertarungan.

B. Sejarah
  Bela diri yang berkembang di Nusantara didasarkan pada upaya pertahanan suku menghadapi musuh, seperti tari perang Nias.
  Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan alam.  Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya seperti dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
  Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.
Penca semenanjungMalaysiaSingapura
  Pencak silat telah dikenal oleh sebagian besar masyarakat rumpun Melayu dalam berbagai nama. Di semenanjung Malaysia dan Singapura, silat lebih dikenal dengan nama alirannya yaitu gayong dan cekak. Di Thailand, pencak silat dikenal dengan nama bersilat, dan di Filipina selatan dikenal dengan nama pasilat.[6] Dari namanya, dapat diketahui bahwa istilah "silat" paling banyak menyebar luas, sehingga diduga bahwa bela diri ini menyebar dari Sumatera ke berbagai kawasan di rantau Asia Tenggara. 
  Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit[butuh rujukan] dan Si Pitung dari Betawi.[butuh rujukan]

  Perkembangan silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum penyebar agama Islam pada abad ke-14 di nusantara. Kala itu pencak silat diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau atau pesantren. Silat menjadi bagian dari latihan spiritual. Dalam budaya beberapa suku bangsa di Indonesia, pencak silat merupakan bagian tak terpisahkan dalam upacara adatnya. Misalnya kesenian tari Randai yang tak lain adalah gerakan silek Minangkabau kerap ditampilkan dalam berbagai perhelatan dan acara adat Minangkabau. Dalam prosesi pernikahan adat Betawi terdapat tradisi "palang pintu", yaitu peragaan silat Betawi yang dikemas dalam sebuah sandiwara kecil. Acara ini biasanya digelar sebelum akad nikah, yaitu sebuah drama kecil yang menceritakan rombongan pengantin pria dalam perjalanannya menuju rumah pengantin wanita dihadang oleh jawara (pendekar) kampung setempat yang dikisahkan juga menaruh hati kepada pengantin wanita. Maka terjadilah pertarungan silat di tengah jalan antara jawara-jawara penghadang dengan pendekar-pendekar pengiring pengantin pria yang tentu saja dimenangkan oleh para pengawal pengantin pria.
  Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing.[9] Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia. 
  Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas,[10] yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
  Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)[4] Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
  Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat. 
  Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

C. Istilah dalam Pencak Silat

  Silat Betawi saat acara "Palang Pintu" dalam tradisi pernikahan Betawi, tengah memperagakan teknik kuncian melucuti golok.
  • Kuda-kuda: adalah posisi menapak kaki untuk memperkukuh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kukuh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kuda-kuda juga penting untuk menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau pukulan).
  • Sikap dan Gerak: Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
  • Langkah: Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.
  • Kembangan: adalah gerakan tangan dan sikap tubuh yang dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak-gerik musuh, sekaligus mengintai celah pertahanan musuh. Kembangan utama biasanya dilakukan pada awal laga dan dapat bersifat mengantisipasi serangan atau mengelabui musuh. Seringkali gerakan kembangan silat menyerupai tarian atau dalam maenpo Sunda menyerupai ngibing (berjoget). Kembangan adalah salah satu bagian penilaian utama dalam seni pencak silat yang mengutamakan keindahan gerakan.
  • Buah: Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.

  Jurus: pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.

  • Sapuan dan Guntingan: adalah salah satu jenis buah (teknik) menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni menendang dengan menyapu atau menjepit (menggunting) kaki musuh, sehingga musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh.
  • Kuncian: adalah teknik untuk melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk melucuti senjata musuh. Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan, dan gerakan cepat yang biasanya mengincar pergelangan tangan, lengan, leher, dagu, atau bahu musuh.

D. KATEGORI BEREGU

Hasil gambar untuk silat beregu materi

1. Perlengkapan bertanding

1.1. Pakaian :
Pakaian pencak silat model standar, warna HITAM dengan sabuk
/bengkung warna putih lebar 10 cm yang dipakai tanpa simpul dan juga
tidak terurai serta tanpa assesories. (jilbab bukan merupakan assesories)

1.2. Senjata :
Tanpa senjata


2. Tahapan pertandingan
Sama dengan ketentuan tentang tahapan pertandingan pada kategori Tunggal
dan Ganda.


 3. Waktu pertandingan
Waktu pertandingan adalah 3 (tiga) menit.


4. Tata cara pertandingan
Sama dengan ketentuan tentang tata cara pertandingan pada Kategori Tunggal
diluar ketentuan tentang senjata.


5. Ketentuan bertanding

5.1. Aturan bertanding
5.1.1. Peserta menampilkan Jurus Wajib Regu selama 3 (tiga) menit
Toleransi kelebihan atau kekurangan waktu adalah 5 (lima) detik
untuk Golongan Remaja dan Dewasa dan 10 (sepuluh) detik
untuk golongan Usia Dini dan Pra Remaja.
Bila penampilan lebih dari batas toleransi waktu yang diberikan
akan dikenakan hukuman.
5.1.2. Jurus Wajib Regu diperagakan menurut urutan gerak dan
kebenaran teknik jurus, kekompakan irama gerakan, kemantapan
dan penjiwaan yang ditetapkan untuk jurus ini.
5.1.3. Diperkenankan bersuara mulut tidak berlebihan (vokal)/ berteriak
selama waktu peragaan.

5.2. Hukuman
5.2.1. Hukuman pengurangan nilai dijatuhkan kepada peserta karena
kesalahan terdiri atas :
a. Faktor kesalahan dalam jurus an rincian gerakan
a.1. Pengurangan nilai 1 (satu) dikenakan kepada peserta
setiap kali yang bersangkutan melakukan gerakan yang
salah, yaitu :
a.1.1. Kesalahan dalam rincian gerak
a.1.2. Kesalahan urutan rincian gerak
a.2. Pengurangan nilai 1 (satu) dikenakan kepada peserta
untuk setiap gerakan yang tertinggi (tidak ditampilkan)
a.3. Pengurangan nilai 1 (satu) dikenakan kepada peserta
setiap kali yang bersangkutan menampilkan gerakan
tidak kompak diantara peserta
a.4. Hukuman DISKUALIFIKASI diberikan kepada Pesilat
yang tidak menampilkan salah satu jurus dan atau
memperagakan urutan jurus yang salah.
b. Faktor waktu
Sama dengan peraturan untuk kategori Tunggal
c. Faktor lain-lain
c.1. Pengurangan nilai 5 (lima) dikenakan kepada peserta
setiap kali yang bersangkutan keluar dari gelanggang
(10 m X 10 m).
c.2. Pengurangan nilai 5 (lima) dikenakan kepada peserta
setiap kali yang bersangkutan memperdengarkan suara
mulut yan berlebihan (vokal)
c.3. Pengurangan nilai 5 (lima) dikenakan kepada peserta
yang memakai pakaian yang tidak sepenuhnya menurut
ketentuan yang berlaku/ tidak sempurna.
5.2.2. Undur Diri
Pesilat dinyatakan undur diri apabila setelah 3 (tiga) kali
pemanggilan oleh Sekretaris Pertandingan tidak memasuki
gelanggang untuk memperagakan kategori Regu.
Setiap pemanggilan dengan tenggang waktu 30 detik
5.2.3. Diskualifikasi
a. Penilaian terhadap peserta menjadi batal, bila setelah
berakhirnya penampilan didapati bahwa ada jurus yang tidak
diperagakan oleh peserta. Dalam hal ini peserta dikenakan
hukuman diskualifikasi
b. Pesilat yang memakai pakaian yang menyimpang dari
ketentuan pertandingan dinyatakan diskualifikasi.


6. Penilaian

6.1. Penilaian terdiri atas :
6.1.1. Nilai kebenaran yang mencakup unsur :
a. Kebenaran gerakan dalam setiap jurus
b. Kebenaran urutan gerakan
c. Kebenaran urutan jurus
Nilai diperhitungkan dari jumlah gerakan Jurus Wajib Regu (100
gerakan) dikurangi nilai kesalahan
6.1.2. Nilai kekompakan, kemantapan dan soliditas yang mencakup
unsur :
a. Kekompakan, kemantapan dan soliditas gerakan
b. Keserasian irama gerak
c. Kesamaan penghayatan gerak
d. Tenaga dan stamina
Pemberian nilai antara 50 (lima puluh) s/d 60 (enam puluh)
angka yang dinilai secara total / terpadu diantara keempat unsur
kekompakan, kemantapan dan soliditas.


7. Penentuan dan pengumuman pemenang

7.1. Pemenang adalah peserta yang mendapat nilai tertinggi untuk
penampilannya

7.2. Bila terdapat nilai yang sama, pemenangnya adalah peserta dengan
jumlah Nilai Kebenaran tertinggi

7.3. Bila nilai masih tetap sama, pemenangnya adalah peserta dengan jumlah
nilai kekompakan, kemantapan dan soliditas tertinggi

7.4. Bila nilai masih tetap sama, pemenangnya adalah peserta dengan waktu
peragaan yang paling mendekati ketepatan waktu (3 menit), baik lebih
maupun kurang

7.5. Bila nilai masih tetap sama, pemenangnya adalah peserta dengan jumlah
nilai hukuman terkecil

7.6. Bila nilai masih tetap sama, pemenangnya akan di undi oleh Ketua
Pertandingan disaksikan oleh Delegasi Teknik, Dewan Juri dan Tim
Manejer pesilat bersangkutan

7.7. Pengumuman perolehan nilai peserta setiap kategori disampaikan setelah
para Juri menyelesaikan tugasnya menilai seluruh peserta pada setiap
kategori Jurus Regu.
































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pencak silat adalah adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela diri ini secara luas lebih dikenal di negara-negara Asia maupun Eropa. Terbukti dari banyaknya 
  organisasi-organisasi pencak silat yang tumbuh dengan pesat, seperti:  PERSILAT di Indonesia, IPSI, PESAKA di Malaysia.
  Berkembangnya seni pencak silat tidak terlepas dari sejarah awal mulanya berdiri pencak silat. Berawal dari nenek moyang bangsa Indonesia yang berusaha untuk mempertahankan dirinya dari ancaman dan tantangan alam, Kerajaan-kerajaan besar yang memiliki prajurit dan pendekar-pendekar yang siap berperang, Pahlawan nasional bangsa Indonesia, seperti pangeran Diponegoro yang melawan penjajah, sampai pada akhirnya bela diri berkembang seiring berkembangnya jaman.

B.     Saran
  Pencak silat merupakan salah satu warisan yang patut untuk terus dijaga dan dikembangkan. Melalui serangkaian proses perputaran zaman sampai pada akhirnya pencak silat menjadi hak paten sebagai cabang olahraga yang diakui baik dari nasional maupuan internasional. Maka sudah sepatutnya pencak silat harus terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan.




DAFTAR PUSTAKA

Referensi
  • Sheikh Shamsuddin (2005). The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong. North Atlantic Books. ISBN 1-55643-562-2.
  • Quintin Chambers and Donn F. Draeger (1979). Javanese Silat: The Fighting Art of Perisai Diri. ISBN 0-87011-353-4.
  • Donn F. Draeger (1992). Weapons and fighting arts of Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E. Tuttle Co. ISBN 978-0-8048-1716-5.

 

Komentar